Bagaikan angin yang meniup kincir agar terus berputar
Tanpa diminta, angin selalu hadir tiba-tiba saat kincir itu membutuhkan
Bagaikan bayangan yang berada di balik cahaya
Bayangan tidak pernah meninggalkannya sendirian
Tetap menjaga meskipun bayangan berada di belakang
Meskipun bayangan kadang tidak terlihat tapi ia tetap ingin berada di dekat cahaya
Tangan yang tiba-tiba berada di pundakku
Untuk memberitahu bahwa aku bisa
Senyum yang tiba-tiba muncul dari bibir itu
Untuk memberi kekuatan saat aku lemah
Tatapan yang tiba-tiba muncul dari mata tajam itu
Untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja
Yang tiba-tiba menggenggam lenganku dengan kuat
Dalam sekejap bisa membuatku tidak khawatir lagi
Jari yang tiba-tiba mengelus pipiku
Untuk menghapus air mata ini
Sapaan yang tiba-tiba kamu teriakkan dari kejauhan
Yang terkadang membuat teman-temanku iri
Candaan konyol yang muncul dari mulut usil itu
Agar aku tertawa dan tersenyum di saat yang bersamaan
Kenapa kamu melakukannya saat itu?
Apakah aku berarti bagimu?
Maaf…
Kamu yang tidak pernah lelah untuk terus menatapku
Tapi aku malah menatap ke arah yang lain
Aku yang tidak peka karena tidak merasakan kehadiranmu
Aku yang terlalu dingin dalam menanggapi kehangatanmu
Aku yang naif karena terus menatap ke arah yang sia-sia
Aku yang bodoh karena baru tersadar sekarang
Apa aku terlambat?
Ternyata tidak
Kamu masih di situ dengan senyum, tatapan, dan kehangatan yang sama
Bolehkah sekarang aku membalas senyuman itu dengan senyuman juga?
Bolehkah sekarang aku membalas tatapan itu dengan menatapmu juga?
Bolehkah sekarang aku membalikkan badan dan melangkah menghampirimu?
Kamu sudah mengejar cukup lama bukan?
Biarkan rasa ini yang menyembuhkanmu dari sakitnya mengejar ketidakpastian
Terima kasih…
Kamu mau memperjuangkan aku sampai sejauh ini
Kamu yang dulu selalu mengisi kekosongan hari-hariku
Sekarang menjadi pengisi di kekosongan hati ini
Menjadi obat untuk luka ini
Menjadi penjaga untuk diri yang manja ini
Kamu yang selalu memberi pundak untuk aku bersandar
Kamu yang selalu memberi kecupan manis di kening ini
Tuhan, Aku bersyukur…
Engkau Sang Pencipta telah menciptakan dia untukku
Engkau Yang Maha Kuasa telah mendekatkan aku dan dia
Engkau Yang Maha Penyayang telah membuatnya menyayangiku
Sayang…
Teruslah seperti ini
Teruslah kamu menjadi alasan untuk aku tersenyum bahagia setiap harinya
Aku sangat mencintaimu, masa depanku
No comments:
Post a Comment